Perlukah kita mencatat pengeluaran pribadi kita?
Mengelola keuangan rumah tangga, menjadi aktifitas
yang unik, karena memerlukan trik serta disiplin tingkat tinggi. Begitu juga bagi saya, mengelola keuangan
rumah tangga, amanah dari sang suami, harus jeli.
Kemarin ada teman menanyakan di statusnya, “perlukah
kita membuat rincian pengeluaran keuangan kita, dan melaporkannya kepada sang
suami?” dan ketika melihat komentar-komentar di bawahnya, ternyata banyak
jawaban. Dan sebenarnya dari banyak artikel keuangan yang pernah dibaca,
sebagian besar menyarankan untuk mencatat keuangan, terutama pengeluaran
sedetail mungkin.
Kalau saya sih, sejak menikah 12 tahun silam, saya
rajin mencatat pemasukan dan pengeluaran keuangan kami. Mungkin sebagian dari kita heran, detail
amat, Tin? Dan memang jujur saja, awalnya itu sulit buat saya, tetapi saya
harus membiasakannya. Karena jika tidak, malah berantakan jadinya. Inilah
pertimbangannya :
1. Saya memegang
beberapa keuangan, selain keuangan rumah tangga, juga ada kas keuangan kerjaan,
uang dagangan bahkan kas keuangan komunitas.
Jika saya tidak disiplin mencatatnya satu per satu, maka yang ada saya
akan kewalahan memilahnya.
2. Dulu, saya
pernah harus mengganti sejumlah uang dari kas komunitas, karena keteledoran
sebelumnya, tidak pernah mencatat pengeluaran.
Juga keteledoran menggunakan uang kas komunitas, untuk keperluan
pribadi, hanya karena malas mengambil uang ke ATM. Ah, nanti saya ganti. Tapi yang terjadi, saya tidak langsung
menggantinya. Dan kelabakan ketika harus
menghitung semuanya, kok ada selisih?
3. Saya pernah
berdagang, dan saya akui saat itu tidak mencatat dengan rapi antara keuangan
hasil dagang serta keuangan pribadi. Hasilnya
bisa ditebak, saya lagi-lagi kebingungan, ketika uang modal dagang habis tak
tentu rimbanya. Padahal saat itu terpakai untuk beli beras.
Selanjutnya, saya insyaf! Saya perbaiki manajemen keuangan saya, di
awal-awal menikah, 12 tahun silam. Saya
buka semua ke suami, berapa penghasilan saya, berapa juga kewajiban saya setiap
bulannya. Demikian juga yang dilakukan
oleh suami. Kami sepakat, bahwa keuangan
yang diamanahkan ke saya harus saya catat bahkan hingga ke item yang terkecil. Bagaimana caranya?
1. Saya catat di
HP atau buku saku, untuk pengeluaran sehari-hari. Sekarang bahkan ada aplikasi di telepon pintar
kita yang isinya tentang laporan keuangan yang simpel.
2. Kemudian saya
rekap dalam sepekan, apa saja pengeluaran kemarin. Saya catat hingga ke pembelian bumbu dapur,
maupun bayar parkir lho! Tapi biasanya saya gabungkan dengan item sejenis. Misal hari ini transportasi 25.000 (sebenarnya
terdiri dari bensin 22.000 dan parkir 3.000).
3. Saya mencatatnya
di laptop, menggunakan excel, ada
beberapa pos di dalamnya, hal ini memudahkan saya mengetahui berapa total
kebutuhan makan kami bulan ini, berapa rata-rata kami harus menyisihkan uang
untuk dana sosial per bulannya.
Contoh pos yang saya gunakan untuk keuangan rumah
tangga kami :
ü Kebutuhan
rumah tangga (di dalamnya ada belanja rumah tangga, sabun, beras, sayur, dll),
ü Makan/jajan (ini
rincian berapa uang yang dikeluarkan untuk makan di luar, jadi akan ketahuan,
ternyata jauh lebih irit jika kita memasak, dibandingkan makan/jajan di luar),
ü PLN &
iuran sampah,
ü laundry,
ü pulsa,
ü transportasi,
ü KPR,
ü dana sosial (rinciannya
biasanya tengok bayi, tengok kerabat yang sakit, melayat, mantenan, traktir teman/kerabat, oleh-oleh, zakat maal, shadaqah,
infaq),
ü Sandang
(isinya item-item ketika harus beli sandang, tidak setiap bulan ada pos ini)
ü Kosmetik/salon
(pos ini pun tidak setiap bulan ada)
ü Buku (jatah
ini sebenarnya jadi prioritas, karena kami berdua mencintai buku, tapi
lagi-lagi melihat sikon, apakah keuangan memungkinkan, dan apakah kami
benar-benar memerlukan buku tersebut?)
ü Lain-lain (pos
segala ada, yang belum di-cover di
pos sebelumnya),
ü Mudik/liburan
(pos ini tidak selalu dalam setiap bulannya).
Ah iya, kami berdua memang belum mempunyai anak,
sehingga posnya cukup simpel. Mungkin para
ibu bisa menyesuaikan dengan kebutuhannya masing-masing yaaa,. J
Saya merasa terbantu dengan menyusun laporan
keuangan simpel seperti ini. Setiap akhir
bulan bisa memantau, mana pos yang over
budget, sehingga harus bisa memutuskan mengurangi pos lainnya. Misalkan
bulan ini terlalu banyak dana sosial yang diperlukan, maka bukunya libur dulu,
dll.
Jadi, masih ragu dan beralasan macam-macam untuk
mencatat pengeluaran pribadi maupun rumah tangga anda? Lha, untuk aktif
bersosmed dan baca grup whatsapp saja
sempat, masa untuk mencatat pengeluaran sendiri masih malas? J
betul, ini kulakukan sejak kuliah..hahha...sbg anak kos ongkos pas2an amat penting utk cermat, pas bersuami malah dianggap kurang kerjaan saat kulaporkan perihal keuanga keluarha..eaallahh
BalasHapus