Dee Talkshow, Travel the Words, Create the Memories, 15 Nov 2014
Ketika
tahu bahwa Dewi Lestari, akan datang ke Yogyakarta, aku sangat antusias. Bahkan jauh-jauh hari telah kupesan tiket
pada panitia Scholatika Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Lima puluh ribu, harga yang sangat layak
untuk mendapatkan kesempatan emas bertemu penulis pujaan hati. Bahkan cenderung murah menurutku. Bagaimana tidak, di kesempatan itu aku akan
bertatap langsung dengan Dewi “Dee” Lestari, mendengarkan segala ceritanya,
hingga booksigning. Daaan, aku berharap ada kesempatan untuk
berfoto dengannya.
Ki - ka : Dewi, Tinbe, Ety, n me |
Ruang
aula besar dihiasi para panitia berseragam merah, serta hingar bingar para
peserta Dee Talkshow, Travel the Words, Create the Memories, 15 Nov 2014. Betapa hidup nuansa
dinamis di ruangan ini, nuansa para pecinta berat “Dee”
Dan
hadirlah si wanita multi talenta dengan blus merah darahnya dan celana panjang
casual hitamnya. “Cantiiik, elegan, pintar” gumamku berulangkali pada sahabat –
sahabatku satu komunitas. Yup, kami berempat sangat antusias ketika mengetahui
kalau Dee akan hadir ke Yogyakarta.
Hmmm, let me share what I got at that talkshow yaks,.
Siapa penulis idola Dee?
Sapardi Djoko Darmono, bagi saya tulisan beliau sangat sarat
makna. Buku yang saya sukai dari beliau “Hujan Bulan Juni”.
Apa arti menulis menurut Dee?
Bagi saya, menulis merupakan perjalanan sangat panjang,
yang telah saya tempuh. Kita kadang terkeana euphoria, antusias ketika buku pertama terbit, tetapi terlena
setelahnya, sehingga kemampuan menurun.
Dan lagi, menulis itu adalah proses yang terus-menerus, bukan hanya
ketika mengetik, tetapi sepanjang waktu.
Dee adalah wanita multi talenta, yang bisa menyanyi, menulis lirik lagu, hingga menulis novel, lalu mengapa Anda kemudian lebih memilih menjadi penulis?
Well, sebenarnya saya adalah wanita rumahan, saya
sebenarnya tidak betah pergi lama-lama, terlebih setelah berkeluarga. Jika saya menyanyi, saya harus menempuh minimal satu
jam perjalanan berangkat, satu jam perjalanan pulang, itupun jika tidak
macet. Belum lagi di lokasi saya harus
menunggu, padahal menyanyinya mungkin hanya 1-2 lagu. Sangat melelahkan bagi saya. Dan lagi saya tidak suka meninggalkan rumah,
meninggalkan anak-anak saya. Kemudian
seiring berjalannya waktu saya memilih menjadi penulis. Menjadi penulis menyenangkan lhoo, kita bisa
produktif sepanjang masa, bisa dilakukan dari rumah, terlebih lagi ketika saldo
rekening kita bertambah karena royalty. J
Menulis bisa dilakukan oleh siapapun, usia berapapun. Sangat menyenangkan, kurasa.
Selama ini ketika Anda menulis, diksinya sangat luar biasa, adakah bagian-bagian dari novel tersebut yang dilatarbelakangi oleh pengalaman hidup Anda?
Awalnya iya, bahkan tidak dapat dipungkiri bahwa
sebagian besar penulis akan menulis tentang dirinya, pengalamannya, akan tetapi
lama-kelamaan dia akan reach out. Seperti pada Supernova I, dskusi Ruben
dan Dimas itu ada beberapa nyata dalam benak saya lho. Ada percakapan-percakapan yang memang
bersliweran dalam benak saya, dahulu kala.
Tapi kemudian lama kelamaan tidak ada sedikitpun tentang saya yang
menempel pada karya-karya saya. Saya
tidak menjadikan diri dan fisik sebagai bahan tulisan, tetapi lebih ke banyak
imajinasi.
Kata orang, setiap penulis punya dua kehidupan, bagaimana menurut Anda?
Setiap penulis pasti punya “double kamera” yang
digunakan, satu dia gunakan sebagai pribadi sendiri, dan satunya lagi dia
gunakan sebagai penulis, bagaimana dia bisa mendapatkan inspirasi-inspirasi
dari segala yang berseliweran di depannya.
Sebagai contoh, tadi ketika saya turun dari pesawat di bandara
Adisutjipto, “double kamera” saya berfungsi.
Satunya sebagai Dewi Lestari pribadi, saya mungkin berpikiran “bagaimana
caranya segera mengontak panitia”. Sementara saya sebagai penulis, malah akan
berhenti sejenak melihat ratusan laron mati di landasan bandara. Saya sebagai penulis, malah akan berhenti,
dan mengamati, seandainya ada diantaranya yang masih hidup, dan dia akan
menjelma menjadi sesuatu, dan bla bla.
Imajinasi saya pasti akan mengemas laron-laron, yang bagi sebagian orang
lain sangat biasa, tapi tidak bagi penulis.
Bagaimana Anda mendapatkan inspirasi untuk karya-karya Anda yang luar biasa ini?
Sebenarnya, kita bukan mencari inspirasi, tetapi kitalah
yang dicari inspirasi. Inspirasi tidak pernah meninggalkan kita, tetapi kitalah
yang kurang mengasah intuisi, menajamkan feeling,
sehingga seolah-olah kita yang tidak mendapatkan inspirasi sama sekali. Padahal kita yang tidak mengasah intuisi.
Selama Anda menulis karya-karya yang spektakuler ini, apakah selalu membuat kerangka terlebih dahulu?
Ketika saya menulis Supernova I yang 47.000 kata, dan
dulu saya menulisnya tanpa kerangka.
Mengalir saja. Tetapi setelahnya,
saya menggunakan kerangka, selain itu menjadi batasan tulisan saya, juga
membuat saya lebih efektif dalam menulis. Walau dengan kerangka, tidak menutup
kemungkinan saya terus berimprovisasi.
Ada dua tipe menulis : (1) sistem organik, mengalir,
cerita tumbuh, (2) sistematis, dengan kerangka.
Saya menggunakan keduanya. Jadi
semi organic dan semi kerangka.
Pada saat menulis “Perahu Kertas” (1996) saya
menggunakan sistem tumbuh, mengalir, hingga sempat vakum, karena saya kehabisan
“bensin” dan “energy. Hingga 11 tahun
kemudian, 2007, saya menulis ulang naskah tersebut.
Pesan saya, jangan pernah buang naskah-naskah kalian
yang belum jadi, pasti suatu saat akan berguna. Contohnya “Perahu Kertas” saya
ini.
Seringkali penulis pemula mengalami euphoria, merasa tulisannya paling keren, wajar atau tidak menurut Dee?
Sangat wajar, bahkan saya sempat mengalaminya. Kita
merasa kita paling hebat, tulisan kita paling luar biasa. Karenanya, biasakan beri “waktu fermentasi”,
endapkan naskah kita untuk beberapa hari, biasanya akan menunjukkan “wajah
aslinya” J
Pernah gak sih seorang Dee galau? Gimana saran Dee untuk teman-teman yang sering galau?
Kalau galau, nikmati saja, kemudian tulis. Biarkan dia
kembali dalam bentuk royalty. Itu
namanya galau yang produktif J
Ada tips untuk para penulis pemula?
Jadilah pengamat yang baik, dan teruslah berlatih. Menulis itu seperti otot, yang akan berkembang
jika dilatih. Latihlah terus, keep it small, keep it going. Tahu tidak, seorang Ade Rai juga tidak terlahir
dengan badan kekar, dia berlatih terus-menerus. J *audiens tertawa*
Bagaimana Anda menjiwai tokoh-tokoh yang sedang Anda tulis?
Pasti sebagian teman-teman yang disini dan pernah menulis,
pasti pernah mengalami rasa jatuh cinta pada sang to
Karakter yang saya tulis selalu bernyawa, saya menulis menyesuaikan
dengan situasinya. Ketika si tokoh jatuh
cinta, saya juga ikut-ikutan bahagia, demikian juga ketika menangis maupun tertawa.
Kenapa Anda bergonta-ganti nama, dari Dee kembali menggunakan Dewi Lestari?
Pertama kali saya muncul, saya lebih terkenal sebagai Dewi
RSD. Kemudian ketika menulis Supernova Satu,
saya pengin punya identitas diluar saya sebagai penyanyi. Hingga saya pakai “Dee”. Belakangan menjadi ribet, Dee siapa? Hingga akhirnya kembali menggunakan nama “Dewi
Lestari”, nama asli sejak lahir.
Yang terakhir, novel-novel Anda sangat banyak yang suka, namun juga tidak jarang ada yang mengkritik habis-habisan. Bagaimana Anda menyikapinya?
Bagi saya, menulis adalah untuk diri sendiri, bukan untuk
orang lain. Capek jika harus menuliskan sesuai
dengan keinginan pembaca. Dan itu artinya
kita akan kehilangan orisinalitasnya.
Then obrolan dengan si cantik Dee telah usai, kemudian para audiens berkesempatan minta booksigning dan photo session pastinya. Puaaas rasanya bertemu salah satu dengan penulis idolaku. Sukses selalu ya Dee, karyamu selalu menginspirasi. Muaaah,.. :*
IIDN Yogya n Dee (15 Nov 2014) |
Uhuyyy, cap bibir bok :D Seru dan asyik ya acaranya. Mbak Titin dapat aja infonya :)
BalasHapusBagus cuplikan tanya jawab dengan penulis Dewi Lestari. Aku paling suka dengan jawaban... "Kemudian seiring berjalannya waktu saya memilih menjadi penulis. Menjadi penulis menyenangkan lhoo, kita bisa produktif sepanjang masa, bisa dilakukan dari rumah, terlebih lagi ketika saldo rekening kita bertambah karena royalty" Artinya semua kita bisa mulai untuk menulis... Semakin diasah semakin tajam kemampuan untuk menulis...
BalasHapusMb Helda : iyaaa mb, ketemu Dee aja udah exciting, apalagi dpt ilmunya, dpt booksigning, plus cap bibir, :)
BalasHapusmas Cordiaz : yups, that's why aku semangat pengin belajar nulis, biar suatu saat saldo rekening tabungan bertambah karena nulis ini,. :)
priwe kabere jeng, pwt siki panas pisan butuh ahli hutan untuk menghutankan lg pwt, siap pulang kampung ?, Aji
BalasHapus