Postingan

Bermimpi Tanpa Batas [Persiapan Jelang KIY #5]

Kelas Inspirasi (KI), berulang kali aku mendengar tentangnya dari teman-teman, hasil selancar di dunia maya melalui YouTube maupun laman lainnya.  Nice !  Menarik, satu kata yang ada di benakku saat itu.  Aku lupa kapan pertama kali mendengar tentang Kelas Inspirasi ini, mungkin tahun 2014.  Akhirnya 2016 aku mendaftar Kelas Inspirasi Yogyakarta (KIY), tetapi karena ada tugas kantor harus ke luar kota, maka lagi-lagi aku batal mengikutinya.  Nah, tahun 2017 ini aku mantapkan diri untuk mendaftar KIY #5, serta berharap dengan sangat, tidak ada tugas dadakan dari kantor lagi. Hingga kemudian 10 Januari 2017 aku menerima email dari panitia, bahwa aku tercatat sebagai salah satu relawan pengajar KIY, dengan agenda Technical Meeting 22 Januari 2017 dan dilanjutkan Hari Inspirasinya Sabtu, 4 Februari 2017 serta Hari Reflesinya 5 Februari 2017. Waaah, aku sangat exciting!   Ibarat seseorang yang menunggu berjumpa dengan kekasihnya, itulah aku saat itu. *lebay.com J Tetapi, parahnya pada

Perlukah kita mencatat pengeluaran pribadi kita?

Gambar
Mengelola keuangan rumah tangga, menjadi aktifitas yang unik, karena memerlukan trik serta disiplin tingkat tinggi.  Begitu juga bagi saya, mengelola keuangan rumah tangga, amanah dari sang suami, harus jeli. Kemarin ada teman menanyakan di statusnya, “perlukah kita membuat rincian pengeluaran keuangan kita, dan melaporkannya kepada sang suami?” dan ketika melihat komentar-komentar di bawahnya, ternyata banyak jawaban. Dan sebenarnya dari banyak artikel keuangan yang pernah dibaca, sebagian besar menyarankan untuk mencatat keuangan, terutama pengeluaran sedetail mungkin. Kalau saya sih, sejak menikah 12 tahun silam, saya rajin mencatat pemasukan dan pengeluaran keuangan kami.  Mungkin sebagian dari kita heran, detail amat, Tin? Dan memang jujur saja, awalnya itu sulit buat saya, tetapi saya harus membiasakannya. Karena jika tidak, malah berantakan jadinya. Inilah pertimbangannya : 1.        Saya memegang beberapa keuangan, selain keuangan rumah tangga, juga ada kas keuangan ke

Belanja Online, Plus dan Minusnya

Gambar
Hidup di era digital ini memberikan beberapa kemudahan pada kita, terkait dengan aktifitas harian kita.  Misalnya untuk berbelanja sehari-hari, kita dimudahkan dengan beberapa online shop yang menjual segala macam barang kebutuhan kita.  Mulai dari make up, pakaian, hingga furniture. Berbagai media sosial mereka gunakan, mulai dari website, facebook, instagram, twitter, BBM, whatsapp, dan sebagainya.  Berbagai produk dipajang melalui akun media sosial tersebut, tentunya dipajang dengan menampilkan yang terbaik dari produk tersebut.  Hal ini dilakukan, dengan harapan semua orang yang singgah ke akunnya tersebut, akan tertarik dan selanjutnya memutuskan berbelanja.   Acap kali ketika kita pun berbelanja secara online, dengan beberapa alasan, diantaranya : 1.        Menghindari kemacetan.   Terlebih untuk di kota besar, kita akan terasa sangat malas keluar dari rumah hanya untuk berbelanja sebuah barang.  Online shop ini memberikan kemudahan pada kita untuk hal ini.  Tiada ke

Lagu Indonesia Raya, kapan terakhir Anda menyanyikannya?

Tadi pagi teman saya mengutarakan pendapatnya melalui sebuah grup Whatsapp , “Barusan aku merinding, menyanyikan lagu Indonesia Raya, karena lama banget tidak menyanyikannya.” Tuing, aku pun membatin, iya ya.  Kemudian kulanjutkan dengan mengetikkan pendapatku “Toss, Jeng. Aku pun kalau menyanyikan lagu Indonesia Raya juga merinding. Juga jika menyanyikan lagu Padamu Negeri. Pantesan para atlet itu kalau menyanyikan lagu Indonesia Raya ketika dia menang sebuah pertandingan, pasti mereka nangis ya?” Pelan, kugeletakkan telepon selularku, kemudian diam hidmat dan pelan-pelan kunyanyikan lagu kebangsaan Republik Indonesia, Indonesia Raya. Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku Di sanalah aku berdiri, jadi pandu ibuku Indonesia kebanggaanku, bangsa dan tanah airku Marilah kita berseru, Indonesia bersatu Hiduplah tanahku, hiduplah negeriku Bangsaku rakyatku, semuanya Bangunlah jiwanya, bangunlah badannnya Untuk Indonesia Raya Reff : Indonesia raya, merdeka

Disiplin dan Resolusi

Gambar
Tersentil oleh mba Tinbe dengan programnya ODOP (One Day One Posting), maka aku bertekad bisa mengikutinya.  Hmm, terlihat mudah sih, akan tetapi ini pasti memerlukan kedisiplinan setiap harinya.  Bicara tentang kedisiplinan, sebenarnya aku parah banget untuk hal satu ini, dan parah untuk diajak disiplin.  Jadi malu... Padahal semua kesuksesan pasti memerlukan kedisiplinan, apapun itu. Hahay, jadi ingat sesuatu yang terabaikan karena ketidakdisiplinanku. Apakah itu? Resolusi atau target tahunan. Ups! Hahaha, bicara resolusi tahunan, jadi pengin malu. Betapa tidak, di depan saya duduk ini masih terpampang resolusi 2015 yang lalu.  Dan jangan-jangan saya akan menulis ulang resolusi itu dan hanya mengganti tahunnya menjadi tahun 2016, parah! Betapa tidak, di kertas itu tertera beberapa hal yang menjadi target/resolusi tahun lalu. Diantaranya rajin olahraga, rajin menabung, akan lebih rajin beribadah, tidak terlambat berangkat kerja, rajin bekerja hingga memenuhi SKP (Sasaran Kinerja

Cinta Indonesia dari Lereng Merapi

Merinding rasanya membantu teman-teman #ManggalaAgni, polhut, seluruh staf Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) serta masyarakat sekitar kawasan memadamkan api yang membakar kawasan TNGM.  Berulang kali kawasan hutan di Srumbung, kab Magelang terbakar.  Dan semuanya bahu membahu memadamkannya, tanpa lelah.  Bahkan para staf, polhut TNGM harus meninggalkan keluarganya untuk bergantian berjaga di pos, mengantisipasi kebakaran hutan yang berulang. Nyaris dua bulan rekan-rekan berjaga dan berulangkali memadamkan api yang melalap pepohonan di kawasan TNGM, dan luasannya bahkan mencapai 200 hektar.  Diantaranya bahkan ada area restorasi yang baru kita rintis, untuk menghijaukan kembali Merapi.  Tetapi semuanya dilalap si Jago Merah. Saya selama ini hanya mendengar perjuangan mereka, tanpa pernah bertindak nyata, hanya bisa mendoakan dari jauh agar mereka senantiasa diberi kesehatan dan kekuatan.  Hingga suatu saat, 25 September 2015, saya bisa bergabung dengan mereka di Dapur Umum. 

[IIDN Jogja] : Harapan dan Impian

Siapa saya sih, yang kemudian malah didaulat jadi pengurus komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) Jogja?  Konon katanya, karena tampang saya seperti tukang tagih, maka tepat jika saya menjadi bendahara IIDN Jogja, merangkap tukang tagih iuran bulanan. Hahaha, sedihnya dianggap sebagai tukang tagih.  :D Akhir tahun 2014, saat itu tepat satu tahun saya bergabung dengan IIDN Jogja, banyak hal-hal baru yang saya pelajari.  Banyak orang baru yang saya kenal juga.  Adaptasi tetap berlangsung, bagaimana lebih mengenal si A, B, hingga Z.  Saya paham, semua orang punya keunikan dan karakteristiknya masing-masing.  Akhir tahun 2014, diadakan pemilihan pengurus IIDN Jogja, kemudian muncullah beberapa nama.  Hingga akhirnya disepakati format kepengurusan adalah sebagai berikut : Irfa Hudaya sebagai Koordinator Wilayah, Indah Novita Dewi dan Novida Eny menjadi Sekretaris 1 dan 2, saya sebagai Bendahara, Vanny Mediana dan Etyastari sebagai Sie Humas, serta Astuti sebagai Penasehat. Kata t