Menggali Inspirasi dari Negeri Sakura
Menggali Inspirasi dari Negeri Sakura
IIDN [Ibu – Ibu Doyan Nulis] Yogyakarta
Minggu, 16 Maret 2014
Negeri Sakura, negeri unik yang menimbulkan semangat
tersendiri ketika membicarakannya. Mulai
dari komik, anime, fashion, teknologi, budaya, bahasa, masakan, film, musik
bahkan gaya hidup. Untuk-untuk anggota
IIDN yang rata-rata sudah 17 tahun keatas, jika membicarakan Jepang, maka
mereka mengidentikan dengan film Oshin yang menjadi favorit tahun 1980an. Jika bicara Jepang, tiada habisnya, dan
banyak hal yang menjadi inspirasi dari kehidupan di Jepang.
Mengingat banyaknya inspirasi yang bisa diperoleh dari
negeri Sakura ini, maka dipilihlah pertemuan bulanan alias Kopdar bulan Maret
menjadi ajang sharing pengalaman tentang Jepang. Bahasa kerennya sih, Menggali Inspirasi dari
Negeri Sakura. Wuiiiih, dari judulnya
sih keren niiih, pasti isinya pun menarik.
Tapi berhubung acara , kita kan sersan, serius tapi santai, jadi tema
tersebut tidak perlu ditampilkan di backdrop.J
Lalu siapa narasumbernya?
Gak perlu jauh-jauh, kita bisa menggali ide dari dalam IIDN Yogyakarta
sendiri, karena Alhamdulillah lima anggotanya pernah tinggal di Jepang untuk
tugas belajar yang mereka emban sebelumnya.
Tak kenal maka tak sayang, maka sebelumnya saya kenalkan dulu wanita
cantik yang beruntung ini. Yang pertama
adalah sang tuan rumah, mba Dede
Budiarti, yang berkesempatan kuliah di Ferris Jogakuin University, Yokohama
selama 1 tahun (2010 – 2011). Kemudian yang
kedua, ada juga mba June Cahyanintyas, yang berkesempatan kuliah di Ritsumeikan
APU University, Beppu, selama …. Tahun (….).
Sementara itu, ketiga adalah mba Rani ………… juga telah mengenyam
pendidikan di Saga University, Saga, selama …………… tahun. Keempat adalah mba Wiwin …………. Yang telah
mendapatkan tugas belajar ke Takushoku University, Tokyo, pada tahun ………… Dan
saya juga mendapatkan kesempatan yang sama dengan mba Wiwin di University yang
sama tetapi pada tahun 2010 – 2011.
Lalu kemudian apa yang akan disharingkan oleh mba-mba
cantik ini? Demi menyingkat acara, maka
sharing inspirasi Jepangnya lebih dikerucutkan pada sistem transportasi, sistem
pembuangan sampah. Kemudian yang makin
menarik adalah acara pembuatan Sushii Maki serta Yukata Photo Session.
Kiranya materi-materi yang menarik inilah
yang telah membuat para anggota antusias, hingga mencapai 33 orang
pendaftar. Dan luarbiasanya adalah yang
datang pada kesempatan kali ini malah mencapai 45 orang. Wow,.!! Rekor peserta kopdar terbanyak selama
IIDN yogya berdiri. Biasanya kan hanya
belasan anggota yang hadir, dan bulan lalu kopdar dengan Founder IIDN mencapai
30 peserta yang hadir.
Ah iya, sebelum melangkah ke agenda Jepang-jepangan,
disampaikan beberapa hal. Yang pertama,
tentang Antologi Pengalaman Masa Kecil (APMK) yang telah diedit dan dirapikan
oleh mba Ety Hastari. APMK rencananya
akan dicarikan jodohnya, alias penerbit yang berkenan menerbitkannya. Ini
merupakan project pertama anggota IIDN Yogyakarta. Semoga segera menemukan “jodohnya”.
Kemudian disampaikan juga oleh Mba Ketua, mba Astuti, bahwa
beberapa penerbit di Yogya siap menerima naskah dari anggota IIDN
Yogyakarta. Intinya, ke depannya, semoga
IIDN Yogyakarta makin solid, dan makin berkarya nyata. Semoga semakin banyak buku-buku yang
diterbitkan oleh anggota IIDN Yogyakarta.
Aamiiin,.. J Mba Ketua juga menambahkan, ke depannya akan
ditambahkan beberapa pengurus IIDN untuk lebih mengoptimalkan organisasi ini.
Kemudian muncul beberapa usulan, diantaranya IIDN
Yogyakarta sebaiknya bikin project antologi lagi, selain APMK yang sedang dalam
proses. Selain itu, demi kekompakan dan
kerjasama yang baik, ke depannya perlu ada bedah buku bagi teman-teman yang
telah mempunyai buku. Dan demi
kesuksesan acara tersebut, perlu kiranya dibuatkan semacam tim kecil, dan tim
ini bergantian. Tim kecil juga
diperlukan untuk mengadakan kopdar-kopdar selanjutnya.
Selanjutnya mba Rani …. juga sedikit menceritakan tentang
pengalamannya menulis beberapa buku antologi, dari proses seleksi yang hingga
50 kali memasukkan naskah, hanya beberapa yang lulus sensor.
Kemudian selanjutnya sesi sharing tentang
Jepang-jepangan. Yang pertama, sharing
tentang system transportasi di Jepang.
Unik, karena para nara sumber tinggal di kota yang berbeda-beda. Tokyo dengan system transportasinya yang
banyak, mulai dari Shinkansen, kereta, bus, bahkan sepeda. Sementara Saga,
Beppu dan Yokohama yang jauh lebih sepi dari Tokyo hanya mempunyai sistem
kereta api dan bis umum.
Namun, intinya dari semua sistem transportasi yang ada di
Jepang adalah mereka selalu datang tepat waktu sesuai jadwal. Dan jadwal-jadwal kedatangan maupun
keberangkatan moda transportasi apapun selalu terpampang di stasiun, tempat
pemberhentian, bahkan kita pun dapat memperoleh selebaran tentang jadwal secara
gratis di tempat-tempat tersebut.
Bayangkan, moda transportasi mereka tidak pernah terlambat. Kalaupun ada keterlambatan, itu benar-benar
dikarenakan kecelakaan atau force
maijure??. Dan jika itu terjadi,
pihak manajemen akan mengganti kerugian yang ditimbulkan karenanya.
Kemudian yang tidak kalah uniknya, kita bisa mencari
rute-rute perjalanan dengan kereta api, dengan hanya berbekal informasi di
internet, atau di selebaran-selebaran yang ada di stasiun. Tetapi, kadangkala sulitnya adalah beberapa
informasi masih hanya menggunakan huruf kanji, belum tersaji dalam bahasa
Inggris. Hal ini menyulitkan kita-kita
yang illiterate, karena bagi kami
yang pendatang, tulisan kanji itu hanya seperti logo-logo keriting tak
bermakna.
Selain sistem transportasi yang menarik, ada juga yang
perlu dishare-kan yaitu sistem pembuangan sampah. Sistem pembuangan sampah di Jepang, kurang
lebih sama, walau setiap kota/wilayah mempunyai kebijakan tersendiri. Pada umumnya mereka selalu menyajikan poster
pembuangan petunjuk pembuangan sampah rumah tangga, yang lebih diperuntukkan
bagi para pendatang. Dan sampah-sampah
dibuang pada hari yang berlainan, misalnya hari Senin untuk sampah kertas,
Selasa untuk kaleng-kaleng, Rabu untuk sampah dapur/organic, Kamis untuk botol,
Jumat untuk elektronik, Sabtu untuk pakaian, Minggu libur.
Mereka sangat ketat untuk pembuangan sampah ini. Sampah-sampah yang dibuang bukan pada
jadwalnya akan ditinggalkan, atau bahkan ditempeli stiker peringatan. Misalnya pada hari Selasa malah ditemukan
elektronik, sementara hari itu jadwalnya kaleng-kaleng, maka hanya kaleng saja
yang diangkut, elektroniknya tetap ditinggal.
Kemudian juga, kalau ada sampah yang lebih besar daripada biasanya,
pihak pengelola sampah mengenakan charge lebih
pada pembuangnya. Misalnya mau membuang
selimut yang besar, maka si pembuang sampah harus membeli stiker charge di Kombini (Convinience store???) terdekat.
Kemudian stiker dilekatkan di selimut yang akan dibuang, sehingga
pengambil sampah tahu bahwa selimut itu telah dibayar charge-nya.
Lalu kemudian bagaimana pengelolaan sampah di Jepang? Pengelolaan sampah mereka sangat kompleks. Mereka mengelola sampah, dan menjadikan
residunya menjadi barang yang bermanfaat, seperti briket, bahan bangunan, dan
sebagainya. Bahkan Odaiba di teluk Tokyo
merupakan pulau buatan yang dibuat dari tumpukan sampah. Wow,.!! Pulau sampah? Tidak terbayangkan oleh kita,..
Selanjutnya praktek membuat Sushii Maki oleh mba Dede. Mba Dede mendemontrasikan pembuatan sushi
dengan sangat mudah, sehingga membuat para peserta antusias. Padahal sebelumnya Sushii ini dianggap makanan
import yang tidak terjangkau, yang rumit pembuatannya. Namun mba Dede bisa mengubah cara pandang
ini. Sushii maki dan onigiri dapat
dengan mudah dibuat dengan kreasi isian maupun topping yang beraneka
ragam. Dan sepulangnya dari rumah mba
Dede ini, sebagian peserta jadi kecanduan sushi, bahkan hingga mereka pulang ke
rumah. Tetapi dengan ide ini, bisa menjadi inspirasi bagi para ibu membuatkan
variasi menu makan bagi putra-putrinya.
Bahkan ada seorang anak yang langsung request untuk dibuatkan sushi untuk bekal makannya di sekolah
besok.
Naaah, yang tidak kalah menariknya adalah Yukata Photo
Session. Kenapa?? Ya karena inilah
pertama kali para peserta mengenakan Yukata.
Pemakaian yukata bisa dikatakan simple sebenarnya, bahkan di Youtube
disajikan tutorial pemakaiannya. Sesi
pemakaian serta pemotretan ini menimbulkan excitement
tersendiri. Para peserta bertahan
hingga keseluruhan acara selesai agar bisa ikut berfoto dengan yukata-yukata
cantiknya.
Tak terasa waktu menunjukkan pukul 16.00. Sudah enam jam acara ini berlangsung sejak
jam 09.45 tadi pagi (undangannya sih jam 09.00), dan semuanya harus diakhiri.
Senyum lebar para IIDNers menjadi indikator keberhasilan
kopdar kali ini. Kekompakan diantara
IIDNers makin terjalin dan semoga selamanya.
Minnasan, otsukare samadeshita,. Arigatou
gozaimashita,. Jaa nee,.. Sayonara,.!
Sampai jumpa di kopdar selanjutnyaaa,.. Tak sabar saya
menunggu hal-hal unik dan luar biasa yang ditemukan setiap kopdar dengan
IIDNers….
makasih reportasenya mbak Tien, meni komplit euy. cantik banget futu2nya...^_^
BalasHapusseru mbaaa...bisa ditiru nih acaranya untuk kopdar di Semarang..oh iya mba, fotonya bisa dsusutkan mba, biar lebih kece penampilan postingannya :) makasih udah berkunjung di blogku yaaa
BalasHapus